Oleh : M.Mufti Mubarok (3M)
Saya kadang bertanya tanya di saat pemerintah mengalakkan program vaksinasi massal dimana mana, melakukan prokes superketat, alat tes covid beraneka ragam dilakukan dan sekarang kebijakan baru PPKM Darurat Jawa Bali bahasa halusnya semi Lockdown yang berlaku tanggal 3-20 juli 2021 yang represif karena ada unsur pidananya disaat wabah covid makin menggila dan meroket sangat menakutkan serta cenderung mencekam.
Covid 19 ibarat Hantu
Saya punya gambaran yang gampang, untuk menyederhanakan Covid 19 ini. Wabah covid sebenarnya covid 19 ibarat hantu, kalau kita biasa biasa aja dalam menyikadi sebenar tidak ada masalah, tapi karena tiap detik di bahas dimana mana jadinya takut berlebihan alias paranoid dan akhirnya hantu covid yang kecilnya 150 mikron itu menjadi nyata dan memang ada.
Intinya ibarat tinggal di rumah, memang hantu covid itu ada tapi kalau tidak dibahas bahas terus, lama lama tidak takut alias bersahabat. Namum kalau tiap detik di bahas terus menerus hantu itu pasti nyata. Namun demikian kita tidak boleh kendor tetap jaga prokes 3M.
Memang kita wajib percaya hukum fardu ain kalau covid itu ada, siapa pun tidak akan membantah. Tapi kan pengalaman hampir 2 tahun ini sudah cukup informasi tentang covid 19, mestinya rakyat dan pemerintah sudah cerdas,
Saya kadang bertanya Tanya mengapa tugas Presiden, Menteri, DPR, Gubernur, bupati dan walikota yang kita pilih dengan dana dan airmata ternyata urusannya hanya covad covid saja, apa tidak ada urusan yang juga lebih penting dari covad covid. Misalnya susahnya rakyat bertahan hidup, pendidikan yang tidak jelas, ibadah yang menentu, besok makan apa, kerja apa dan juga masalah kesehatan selain covid yang juga lebih berbahaya misalnya masalah komorbit ( DB, Diabetes, Hipertensi, Stroke, kangker dan masih banyak menyakit pernyertaan ). Sebenarnya Rakyat sudah cerdar sudah hampit 2 tahun menderita luar dalam.
Berita yang membuat paranoid
Hampir tiap detik media televisi dan medsos dengan memberitakan ganas nya wabah ini, rumah sakit penuh lah, banyak yang terpapar lah, bertambah yang mati lah. Dan di WAG kita hampir tiap detik berbunyi Innalilahi wa Innaillahiroijiun telah meninggal si wulan dan hampir dipastikan asumsinya meninggal karena covid padahal belum tentu covid banyak yang karena comorbit/ penyakit penyertaan yang usianya sudah tua menjadi berita utama.
Namum jarang sekali media memberitahan bagaimana yang sembuh dengan sendirinya, bagaimana masyarakat bertahan hidup, sepi dari pembeitaan. Bahkan banyak masyarakat yang sudah alergi pada TV dan medsos tentang covid.
Sementara di Eropa dan Amerika sudah banyak yang mengelar kompetisi sepakbola dunia, di Cina sendiri sudah turun dratis dan sepi pemberitaan, di Singapore dan India sudah bernafas legah bisa menurun drastis dan hampir semua negara sudah turun, namun ironi negeri di negeri ini naiknya seperti roket tegak lurus. Ada apa dengan negeri ini?
Ada apa dengan negeri kita
Sebenarnya masyarakat dan para ahli kita sudah sangat cerdas, 1001 alterntif untuk bisa sembuh sudah ada solusinya, para ahli dan praktisi juga sudah banyak menemukan solusi untuk menghindari covid baik yang tradisional maupun yang modern, tapi apa yang terjadi rakyat dan para ahli yang sudah cerdas tidak mendapat tempat di negeri ini, sperti tidak di dengar suaranya.
Akibatnya saling salah menyalahkan, pemerintah bilang karena rakyat kurang disiplin prokes 3M nya lah, akibat mudik lah, kok mudik di salahkan, akibat itu lah dan inilah sementara rakyat juga menyalahkan pemerintah yang kurang tepat sarannya lah dan lain lain, terkesan saling menyalahkan seperti membahas tebak tebakan dulu mana ayam atau telur.
Virus dan vaksin Impor yang melelahkan
Harus diakui covid 19 ini adalah virus impor, yang datang tidak diundang, dengan nama nama virus impor tentu banyak variasinya ada alfa, delta dan lain lain sampai tidak afal satu persatu saking banyak varian, alat pelindung diri (APD) seperti masker impor, vaksinnya impor juga namanya aneh aneh saking banyak dan cara penangannya juga terkesan imitasi impor alias menunggu intruksi pengimpor.
Pengusaha yang jadi penguasa
Hal yang fundamental dalam penanganan covid ini adalah karena yang menangani covid ini adalah para pengusaha yang jadi penguasa. Sebagian besar penguasa negeri ini adalah pengusaha yang jadi penguasa. Jadi bisa ditebak apa terjadi arah penanganannya? Selalu mazabnya pengusaha dengan ukuran hukum ekonomi yaitu untung rugi bukan lagi hukum kemanusian dan perjuangan. Bahkan sekarang ramai ramai obat cacing kremi menjadi rebutan sebagai solusi covid.
Mereka pada berebut obat cacing itu sebagai solusi.
Banjir Imigran gelap
Penanganan yang runcing bagi warga domestik dan tumpul bagi imingran asing yang tidak jelas asal usulnya menjadi salah satu penyebab meroketnya bertambahan covid. mobisasi imigram dari luar dan dalam negeri yang tidak terkontrol membuat ruwetnya penanganan.
Masyarakat Isoman yang Abai Karena sudah di vaksin masyarakat kita merasa sudah terbebas dari covid, padahal justru yang sudah vaksin harus lebih ektra hati hari karena proses vaksin tidak ada jaminan terbebas dari covid, berapa banyak yang sudah di vaksin positif juga.
Masyarakat juga jenuh dan cenderung abai akibat penanganan yang yang sangat lama tidak ada tanda tanda yang signifikan. Di rumah saja hampir satu tahun setengah tanpa kepastian juga membuat masalah tersendiri. Herd imunity masyarakat cenderung turun dan banyak yang stress akibat persoalan ekonomi dan dampak sosial. Klaster rumah dan kantor penyebab kontribusi tertinggi. Isoman yang tidak sesuai prokes adalah biang masalah. Banyak limbah akibat isoman menjadi sumber penyebaran.
Ibarat perang sudah banyak yang memang
Solusi Untuk menurunkan covid ini sebenarnya sudah banyak contohnya. Masyarakat Indonesia sudah banyak yang bisa terbebas dri covid secara mandiri. Para ilmuwan sudah bisa bikin vaksin dan obatnya tapi mengapa tidak dipakai. Di India dengan vaksinnya India sendiri dan gotong royong antar warga menjadi solusinya. saling menguatkan dengan jiwa nasionalis yang tinggi bisa menurunkan angka penyebaran dan banyak negara sudah terbebas dari covid. Intinya sebenarnya segera menghentikan pemberitaan yang sifatnya agresif, karena ini yang membuat ketakutan.
Produk dalam negeri harus di hargai. Percaya pada kekuatan pertahanan rakyat dan saling menyemangati. Segera hentikan misi pengusaha yang bermazab ekomomi murni, herd imunity bisa terbentuk kalau hormon bahagia terbentuk, bangsa ini terkenal bangsa yang kuat.
Bangsa yang bisa keluar dari masalah asal bersama sama. bersama sama pasti bisa dan tidak boleh ada yang curang. Harus satu tujuan untuk mengurangi dan mengurangi masalah covid bukan menambah masalah baru dengan impor dan impor apa pun.
M.Mufti Mubarok, Direktur Institute for Development and Economic (IDE)