oleh

Sinergi Kopdes dan Dapur MBG: Membangun Kemandirian Ekonomi

Oleh: Prof. Dr. Harris Arthur Hedar, SH, MH.

Indonesia, dengan ribuan desa yang menyimpan potensi luar biasa, kini bergerak maju dengan dua pilar pembangunan strategis: Koperasi Desa Merah Putih (KDMP) dan program Dapur Makan Bergizi Gratis (DMBG).

KDMP hadir sebagai motor penggerak ekonomi desa, bertujuan memastikan perputaran uang dan kesejahteraan tetap berada di tingkat lokal. Sedangkan DMBG adalah investasi jangka panjang untuk kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), yang menjamin anak-anak di seluruh pelosok negeri, termasuk di desa-desa mendapatkan asupan gizi yang optimal.

Idealnya, kedua program mulia ini tidak berjalan sendiri-sendiri. Melainkan bersinergi menciptakan sebuah ekosistem pembangunan yang holistik dan berkelanjutan.

KDMP diamanahkan untuk menjadi lembaga ekonomi utama di desa, bertindak sebagai agregator, penyalur, dan pemodal bagi usaha-usaha rakyat. Tujuan utamanya adalah memberdayakan produk-produk pertanian, perkebunan, dan peternakan skala rumah tangga yang seringkali kesulitan menembus pasar. Tanpa adanya Koperasi yang kuat, produk-produk unggulan desa, mulai dari telur ayam, sayuran organik, ikan air tawar, hingga hasil panen lainnya, rentan jatuh pada harga rendah karena dominasi tengkulak atau kurangnya akses distribusi yang efisien.

KDMP harus hadir sebagai solusi. Koperasi membeli hasil panen dan produksi dari anggota –para petani, peternak, dan pekebun– skala kecil atau skala rumah tangga, yang mungkin hanya punya ayam petelur 10 ekor, atau kebun cabai/sayur dan kolam ternak ikan di halaman belakang rumah, dan sejenisnya, dengan harga yang adil.

Dengan memiliki gudang penyimpanan, bahkan cold storage atau pendingin mini, KDMP diharapkan mampu menjaga kualitas produk. Hal ini memberikan kepastian pasar dan harga bagi produsen kecil, yang pada akhirnya meningkatkan pendapatan mereka secara langsung dan mendorong semangat bertani, berkebun atau berternak dengan kualitas terbaik.

Di sisi lain, DMBG merupakan program intervensi gizi skala nasional yang membutuhkan pasokan bahan pangan dalam jumlah besar dan berkelanjutan. Kebutuhan harian akan beras, telur, daging, sayur-mayur, dan buah-buahan untuk ribuan Dapur Makan di seluruh Indonesia adalah pasar yang masif, terstruktur, dan paling utama bagi produk lokal. Inilah titik temu emas yang menyatukan KDMP dan DMBG.

Dengan sinergi antara KDMP dengan DMBG, maka akan dihasilkan situasi geliat ekonomi lokal melalui rantai pasok yang menjadi sangat pendek dan efisien, dengan gambaran sebagai berikut:

Produksi: Petani/ Peternak/ Pekebun desa memproduksi sesuai standar gizi yang dibutuhkan, misalnya, sayuran bebas pestisida, telur segar, dan lain-lain.

Baca Juga  Pelantikan Pengurus KB PII, Ahmad Muzani : PII Harus Terus Bergerak Perjuangan Belum Usai

Penyerapan: KDMP menyerap seluruh produk skala rumahan tersebut, menyortir, dan menjaga kualitasnya di gudang Koperasi.

Penyaluran: KDMP menyalurkan bahan pangan yang sudah teragregasi langsung ke DMBG yang berada di desa atau wilayah terdekat.

Sinergi ini menciptakan efek berganda yang luar biasa. Setiap rupiah yang dihabiskan untuk program gizi anak desa secara langsung kembali menjadi pendapatan bagi orang tua anak tersebut—para petani, peternak, dan pelaku UMKM desa. DMBG tidak lagi sekadar program sosial, melainkan menjadi stimulus ekonomi yang memutar roda perekonomian lokal secara cepat dan merata.

Sinergi KDMP dan DMBG adalah model pembangunan berbasis kerakyatan yang ideal. Manfaatnya merentang jauh melampaui dari sekadar jual-beli, karena:

Jaminan Kualitas Gizi: Dengan pasokan langsung dari petani/ peternak/ pekebun desa terdekat, bahan baku akan lebih segar dan nutrisinya terjaga, sangat penting untuk mencapai tujuan program DMBG.

Stabilitas Harga: Koperasi mampu menjaga stabilitas harga beli produk petani dan harga jual ke DMBG, melindungi produsen dari fluktuasi pasar yang merugikan.

Peningkatan Kapasitas SDM Desa: KDMP dapat menyediakan pelatihan manajemen mutu dan logistik yang terstandarisasi agar produk mereka selalu memenuhi kebutuhan DMBG, hal ini secara langsung akan meningkatkan kualitas SDM desa.

Mengurangi Urbanisasi: Ketika perekonomian desa berputar sehat dan menjanjikan, masyarakat lokal, terutama generasi muda, akan enggan meninggalkan desa untuk mencari penghidupan di kota.

Untuk mewujudkan sinergi ini sepenuhnya, diperlukan komitmen kuat dari pemerintah daerah dan pusat untuk menempatkan KDMP sebagai simpul utama dalam rantai pasok DMBG. Untuk itu diperlukan payung hukum atau regulasi yang memprioritaskan penyerapan produk lokal melalui KDMP, serta dukungan permodalan keuangan untuk memperkuat infrastruktur gudang, transportasi, dan teknologi Koperasi.

Ketika anak-anak desa menikmati makanan bergizi yang disiapkan dari hasil jerih payah orang tua dan tetangga mereka sendiri, kita sejatinya telah berhasil membangun lebih dari sekadar program. Kita telah menanamkan nilai kemandirian ekonomi, gotong royong, dan kedaulatan pangan dari desa.

Sinergi KDMP dan DMBG adalah cetak biru untuk Indonesia Emas, di mana gizi yang baik dan kesejahteraan ekonomi berjalan beriringan, menjadikan desa bukan lagi objek pembangunan, melainkan subjek utama yang berdaulat. Karena memang desa harus menjadi kekuatan ekonomi.
Untuk mewujudkan hal tersebut, memang membutuhkan waktu. Tetapi roadmap harus disusun dari sekarang. Sehingga sinergi antara KDMP dan DMBG melalui langkah-langkah operasional yang terstruktur dapat mulai dilakukan secara bertahap.

Baca Juga  Kriteria Penerima Vaksin Sinovac

Karena KDMP harus bertransformasi menjadi Agregator Pangan Desa yang handal, efisien, dan berkualitas, maka perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

I. Fase Konsolidasi dan Peningkatan Kapasitas

Fase ini berfokus pada penyiapan kelembagaan dan sumber daya manusia Koperasi agar siap menjadi mitra penyedia utama DMBG.

Pertama: Pembentukan Basis Data dan Pemetaan Potensi. Hal ini dilakukan melalui aksi nyata dengan melakukan pendataan komprehensif terhadap semua anggota Koperasi (petani, peternak, pekebun) dan potensi produksi mereka (jenis, volume, dan siklus panen). Tujuannya adalah untuk memastikan KDMP mengetahui ketersediaan bahan baku lokal secara real-time dan dapat memproyeksikan pasokan masa depan. Sehingga tersedia Peta Potensi Pangan Desa dan daftar rinci anggota produsen.

Kedua: Pelatihan Mutu dan Standardisasi Produk. Hal ini dilakukan dengan bekerjasama dengan Badan Gizi Nasional (BGN) atau Dinas Pertanian setempat, dimana KDMP menyelenggarakan pelatihan tentang standar mutu gizi dan keamanan pangan (misalnya, penggunaan pupuk organik, cara panen yang benar, standar ukuran telur). Tujuannya untuk memastikan produk yang diserap Koperasi memenuhi kriteria gizi dan kebersihan yang disyaratkan oleh DMBG. Jika diperlukan, anggota Koperasi harus mendapatkan sertifikat pelatihan dan produk desa memiliki standar mutu yang seragam.

Ketiga: Pembangunan dan Pengelolaan Infrastruktur Agregator. Hal ini dilakukan melalui pembangunan gudang Koperasi yang dilengkapi fasilitas dasar seperti rak penyimpanan, area sortasi, timbangan digital, dan pendingin (mini cold storage) untuk produk segar (daging, ikan, sayur). Tujuannya untuk mengurangi post-harvest losses (kerugian pasca panen) dan menjaga kesegaran serta kualitas bahan baku sebelum disalurkan ke DMBG. Sehingga Koperasi memiliki Sentra Agregasi Pangan Desa yang berfungsi optimal.

II. Fase Operasional Rantai Pasok

Fase ini adalah implementasi sistem penyerapan dan penyaluran bahan pangan secara berkelanjutan.

Pertama: Penandatanganan Kontrak dan Skema Beli Putus. Hal ini dilakukan melalui KDMP membuat kontrak jangka panjang dengan anggotanya (produsen) dan kontrak penyediaan dengan pengelola DMBG. Tujuannya untuk memberikan kepastian harga beli yang adil kepada anggota Koperasi dan kepastian pasokan bagi DMBG. Koperasi menerapkan skema “Beli Putus” (membeli langsung semua hasil panen/produksi anggota sesuai harga kontrak). Sehingga terjadi terjaminnya stabilitas harga dan volume produksi.

Baca Juga  Elektabilitas Meroket, Bukti Masyarakat Riau Ingin M Nasir Jadi Gubernur

Kedua: Jadwal Penyerapan dan Transportasi Terjadwal. Hal ini dilakukan melalui KDMP menetapkan jadwal rutin pengambilan hasil produksi dari anggota, misalnya, setiap pagi untuk sayur, setiap sore untuk telur. Tujuannya untuk mencegah penumpukan produk di tingkat produsen dan memastikan bahan baku tiba di Koperasi dalam kondisi terbaik. Sehingga sistem logistik on-time dari ladang ke gudang Koperasi.

Ketiga: Pemrosesan Awal (Sortasi dan Pengemasan). Hal ini dilakukan di Sentra Agregasi, produk disortir, dibersihkan, dan dikemas sesuai dengan kuantitas dan spesifikasi yang diminta oleh DMBG, misalnya, sayuran dipotong, daging dikemas per kilo dan seterusnya. Dengan tujuan mempermudah dan mempercepat proses memasak di DMBG, sekaligus memastikan produk memenuhi standar kebersihan yang ketat. Sehingga bahan pangan ready-to-cook atau ready-to-use untuk DMBG.

III. Fase Penguatan Keberlanjutan dan Keuangan

Fase ini fokus pada memastikan stabilitas keuangan KDMP.

Pertama: Sistem Pembayaran Cepat. Hal ini dilakukan melalui kerjasama KDMP dengan perbankan untuk memastikan pembayaran kepada anggota dilakukan secara cepat dan transparan, idealnya maksimal 1×24 jam setelah penyerahan produk. Dengan tujuan meningkatkan kepercayaan anggota dan menjaga perputaran modal usaha mereka. Sehingga anggota merasakan manfaat langsung dari Koperasi dalam bentuk likuiditas dana yang cepat.

Kedua: Diversifikasi Layanan Keuangan Koperasi. Hal ini dilakukan melalui pemanfaatan keuntungan dari transaksi DMBG, dimana KDMP bisa memulai menawarkan produk simpan pinjam kepada anggotanya, khususnya untuk modal kerja, seperti pembelian bibit, pakan, atau peralatan pertanian dan peternakan. Dengan tujuan mengurangi ketergantungan anggota kepada rentenir dan menumbuhkan modal Koperasi secara mandiri. Sehingga KDMP bertransformasi dari sekadar agregator menjadi lembaga keuangan mikro desa yang sehat.

Ketiga: Monitoring dan Evaluasi Kemitraan. Hal ini dilakukan melalui KDMP dan pengelola DMBG mengadakan pertemuan evaluasi rutin (periodik) untuk membahas kualitas pasokan, tantangan logistik, dan potensi produk tambahan. Dengan tujuan menjaga komunikasi yang baik, menyelesaikan masalah dengan cepat, dan merencanakan peningkatan kapasitas. Sehingga terwujud laporan kinerja kemitraan yang transparan dan rencana kerja untuk periode selanjutnya.

Dengan menjalankan program aksi nyata ini, KDMP tidak hanya menjadi pemasok bahan pangan, tetapi juga pilar ekonomi desa yang menjamin kesejahteraan produsen lokal dan secara fundamental mendukung keberhasilan program Dapur Makan Bergizi Gratis di seluruh pelosok Indonesia.*

News Feed