Pada hari ketiga kunjungan kerjanya di Amerika Serikat (AS), Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Makarim menjadi pembicara pada sesi ‘Digital Learning and Transformation’ pada konferensi tingkat tinggi (KTT) Transforming Education yang diselenggarakan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Kota New York, Amerika Serikat (AS), Senin (19/9/2022) waktu setempat.
Sesi khusus ini menghadirkan para pemimpin negara yang menjadi pionir dalam hal pembelajaran digital. Pada kesempatan ini, Nadiem menekankan bahwa kebutuhan guru dan peserta didik menjadi akar dari kebijakan teknologi pendidikan yang diterapkan di Indonesia.
“Dalam tiga tahun terakhir, Indonesia telah memulai transformasi paling progresif dalam sejarah pendidikan Indonesia. Kebijakan ini kami beri nama Merdeka Belajar,” ucap Nadiem, Senin (19/9/2022) waktu setempat.
Dalam keterangan pers tertulis, Selasa (20/9/2022), sesi “Digital Learning and Transformation” bersama para pemimpin negara bertujuan untuk mempromosikan solusi inovatif, kebijakan dan praktik yang memberdayakan, serta memastikan akses pendidikan digital di berbagai belahan dunia.
Dalam paparannya, Nadiem akan menjelaskan bahwa teknologi yang dikembangkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) berpusat pada pemangku kepentingan.
“Filosofi desain teknologi kami berpusat pada pengguna. Kami mendengarkan guru, kepala sekolah, peserta didik, dan lain sebagainya. Alih-alih membangun produk teknologi yang kami pikir diperlukan, kami lebih berfokus pada apa yang sebenarnya mereka butuhkan,” terang Nadiem.
Ia menyebutkan, berbagai platform teknologi yang dikembangkan Kemendikbudristek adalah platform Merdeka Mengajar, Rapor Pendidikan, Kampus Merdeka, Kedaireka, belajar.id, Arkas, TanyaBOS, dan SIPLah.
“Kesemuanya itu telah digunakan oleh jutaan orang di Indonesia,” urai Nadiem.
Nadiem juga menegaskan bahwa semua inovasi kebijakan dan platform teknologi hanya dapat dilakukan jika ada keberanian dan kemauan politik.
“Tanpa mandat dari Presiden Joko Widodo untuk membangun sumber daya manusia, transformasi ini tidak akan mungkin terjadi,” tegasnya di akhir paparan yang disambut apresiasi luar biasa dari para hadirin.
Kunjungan Nadidm ke AS memiliki dua misi khusus. Pertama, untuk menegaskan kepemimpinan Indonesia dalam hal transformasi sistem pendidikan melalui terobosan-terobosan Merdeka Belajar.
Kedua, untuk mendorong kerja sama baik di bidang pendidikan tinggi dengan sejumlah universitas maupun di bidang kebudayaan yang terkait dengan institusi riset dan permuseuman top dunia yang berkedudukan di AS.